Ya Allah.. Lepaskanlah belenggu kebodohan yang selama ini akan menguasai pikiranku. Jangan Engkau biarkan kesombonganku tetap menyumbat pembuluh nadiku. Basuhkanlah air kasih-Mu ke dalam kotornya jiwaku, agar aku senantiasa menjaga segala perintah-Mu

Sabtu, 29 Agustus 2009

Penyakit YanG Biasa Dialami CeweK

Ini beberapa macam penyakit yang biasa dialami oleh para wanita, tapi bahasanya sedikit rumit. Mudah2an aja bis dipahami

Nangisuitis

Akibat terlalu sensitif. Gejalanya bibir cemberut,mata kedip-kedip. Efek sampingnya mata bengkak, saputangan banjir, hidung meler, bawaannya ngurung diri atau terkena penyakit Curhatitis A. Penyakit ini bisa diobati dengan obat Tegaridol, OBH (Obat Berhati Hamba).

Curhatitis B

Bawaanya pengen nyerocos, Efek samping rahasia orang bisa bocor, terkena Nangisuitis,Penyakit ini bisa diarahkan positif jika ia bercuhatitisnya ke orang yang tepat, apalagi sama ALLAH.

Shooping Syndrome

Gejalanya pengen jalan mulu, mata melotot,
Efek sampingnya lidah ngiler, mulut nganga, dompet jadi tipis. Jika sudah masuk stadium 4(parah banget) dompet cowoknya ikut tipis. Coba minum hematcold atau tablet PD (Pengendalian Diri).



Cerewetisme

Lebih parah dari Curhatitis B, tidak mengandung titik koma.
Efek samping muncrat, telinga tetangga budek, dada cowoknya bisa jadi lebih halus karena sering mengelus. Lebih cepat makan pil dengar dan minum tablet bicara lebih diperlambat.

Lamanian Dandanitos

Pengennya diem depan cermin. Tangan kiri� gatel-gatel pengen pegang sisir, tangan kanan kram-kram pengen teplok-teplok pipi pake bedak.
Efek samping: menor, telat, cowoknya berkarat, gak kebagean makanan. Minum segera Sari Bawak (Bagi Waktu) dan Taperi (tambah percaya diri). Buat cowok minum Toleransikipil 230 sendok sehari sesudah dan sebelum mandi.

Cemburunotomy

Gejala muka lonjong, tangan mengepal, ali menukik. Coba cegah dengan obat sirup prasangka baik tiga sendok sehari, Pil pengertian dan tablet selidiki dahulu.

Ngambekilation

Gejala hampir sama dengan Cemburubotomy. Minum Sabaron dan Bersyukurinis.

By dudung

Jumat, 28 Agustus 2009

Mie Ayam Ala Qatar

Udara masih terasa cukup panas. Tingkat kelembaban masih tinggi. Beberapa hari yang lalu aja suhu udara sempat diatas 50 derajat celcius. Emang gazwat banget. Ga kebayang gimana para pekerja kasar di luar, kuli-kuli bangunan. Kerja mereka berat, dibawah terik matahari. Keringat mengucur dari ujung rambut sampe ujung kaki kayaknya. Alhamdulillah aku diberi sedikit kemudahan dalam rizqi. Kerja didalam ruangan, ditemani dinginnya AC. Ya Allah...
tak bosan bosannya hamba bersyukur kepada-MU yang telah mengaruniai kepada hamba begitu banyak ni`mat.
Ohya... btw puasa kemarin aku merasa lemeeeesss bgt. Ga tau kenapa. Tiba-tiba sebelum buka aku seperti mencium bau yg sudah lama ga ku rasakan. Kayaknya bau ini sering aku kecium sebelum datangnya bulan puasa. Penasaran aku liat kebelakang. Ke dapur lho maksudnya. Bukan ke belakang WC. Hmm... ternyata benar dugaanku. Ada makanan kesukaanku. Mie ayaammmmmmm. Di Qatar ada sihh beberapa orang yang menjual mie ayam n bakso. Tapi menurutku kurang syedapp ( sory ya buat yang jual ).Temen-temen tau ga harga mie ayam n bakso di Qatar berapa? 10 riyal. Kurang lebih kalo di kurs dengan dolar sekarang 27 ribu rupiah. Mahal ga tuh..? Lumayan ya? Makanya mending buat sendiri. Kalo istriku yang buat ga kalah enakknya ama penjual di Qatar. Malah lebih enak, hi..hihi. Lah ini mau makan lagi, masih ada sisa ayamnya, tinggal ngerebus mienya doang. Maem dulu ya...hmmm Syedaaap. Kali ini ada baksonya. Kayaknya sekalian makan sahur nih.
Oh ya ada cerita lucu nih. Waktu istriku buat mie ayam, sengaja kami lebihkan tuk ngasih 1 orang temenku. Masih bujangan ( sedang mencari pendamping hidup ). Aku telpon dia supaya mengambil semangkok mie ayam yang sudah istriku siapkan. Kurang dari 5 menit dia udah sampe rumahku. Karena jarak t4 tinggal kami emang berdekatan. Rencana kami kasih dia mie ayam tuk makan dia di rumahnya. Aku bilang kedia " Coy, ni mie ayamnya, tunggu bentar ya Coy (maksudnya pingin lanjutin ngobrol ama dia ). Aku pergi sebentar tuk membetulkan letak mobilku. Aku liat dari jauh temenku sedang lahap2nya makan. Aku pikir dia makan mie ayam pake apa ya. Tadi khan ga ada sendoknya. Ternyata dia makan pake 5 tusuk sumpit ( pake 5 jari ). Kebayang ga tuh gimana makan mie ayam pake jari. Mie ama ayamnya dulu di makan, setelah itu baru dech kuahnya dia habisin. Dia bilang dgn logat melayunya "alamaaak... habis dah bang, dah lama tak makan mie ayam plus lapar bang. Aku hanya tersenyum liat tingkah temenku itu..
Aku bilang "ntar kapan2 kami buatin lg yg lebih banyak"


Rizqi Emang Ga kemana mana..

Kringg...kringg. Tiba tiba HPku berbunyi. Aku liat namanya Su`ud Al-Tsani. Anak muda Qatari yang mulai akrab dgnku beberapa tahun belakangan ini. By the way Al tsani itu gelar untuk keluarga raja di Qatar. Su`ud Al Tsani anak muda yang lagi mencari Jati diri. Setiap ada permasalahan, baik masalah sekolah ataupun masalah lainnya, biasa dia selalu cerita ke aku. Kemarin malampun dia ada tanya " Syaikh katanya memanggilku. Ana mau tanya nih, katanya saat itu. Aku balik bertanya, ada apa nih..? Aku tadi tidur dan mimpi bassaaahhh, puasaku batal ga..? katanya. Hi..hi aku hanya tersenyum. Sebenarnya masalah gampang. Aku cuma bilang, itu rizqi dari Allah untuk anda di bulan puasa. Teruskanlah puasamu, aku bilang.
Btw..barusan dia nelpon. Kirain ada masalah apa lg gitu. Ternyata dia datang membawa beberapa lembar kertas berwarna biru. Ada lima lembar. Dia cuma bilang, doakan aku n keluargaku ya..? Temen-temen tau ga kertas biru itu apa..? Coba liat dech ya di photo itu. Jelaskan...? Itu uang 500 riyalan. Lima lembar jadinya 2500 riyal. Rizqi emang ga kemana-mana. Pas banget lg butuh tuk mengisi rumah yg baru kubeli tuk orang tuaku. Masih kosongan. Berarti 2500 riyal kalo dikalikan 2700 rupiah sama dengan 6juta 750rb. Lumayan buat mlaster bagian luar rumah. Alhamdulillah bangeeettttt. Makasih Ya Allah. Mudah-mudahan Allah membalasnya dengan pahala yang setimpal. Amiinn

Kamis, 27 Agustus 2009

Sandal Jepit Istriku

Selera makanku mendadak punah. Hanya ada rasa kesal dan jengkel yang memenuhi kepala ini. Duh... betapa tidak gemas, dalam keadaan lapar memuncak seperti ini makanan yang tersedia tak ada yang memuaskan lidah. Sayur sop ini rasanya manis bak kolak pisang, sedang perkedelnya asin nggak ketulungan. "Ummi... Ummi, kapan kau dapat memasak dengan benar...? Selalu saja, kalau tak keasinan...kemanisan, kalau tak keaseman... ya kepedesan!" Ya, aku tak bisa menahan emosi untuk tak menggerutu."Sabar bi..., Rasulullah juga sabar terhadap masakan Aisyah dan Khodijah. Katanya mau kayak Rasul...? " ucap isteriku kalem. "Iya... tapi abi kan manusia biasa. Abi belum bisa sabar seperti Rasul. Abi tak tahan kalau makan terus menerus seperti ini...!" Jawabku dengan nada tinggi. Mendengar ucapanku yang bernada emosi, kulihat isteriku menundukkan kepala dalam-dalam. Kalau sudah begitu, aku yakin pasti air matanya sudah merebak.

Sepekan sudah aku ke luar kota. Dan tentu, ketika pulang benak ini penuh dengan jumput-jumput harapan untuk menemukan 'baiti jannati' di rumahku. Namun apa yang terjadi...? Ternyata kenyataan tak sesuai dengan apa yang kuimpikan. Sesampainya di rumah, kepalaku malah mumet tujuh keliling. Bayangkan saja, rumah kontrakanku tak ubahnya laksana kapal burak (pecah). Pakaian bersih yang belum disetrika menggunung di sana sini. Piring-piring kotor berpesta pora di dapur, dan cucian... ouw... berember-ember. Ditambah lagi aroma bau busuknya yang menyengat, karena berhari-hari direndam dengan detergen tapi tak juga dicuci.

Melihat keadaan seperti ini aku cuma bisa beristigfar sambil mengurut dada. "Ummi...ummi, bagaimana abi tak selalu kesal kalau keadaan terus menerus begini...?" ucapku sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Ummi... isteri sholihat itu tak hanya pandai ngisi pengajian, tapi dia juga harus pandai dalam mengatur tetek bengek urusan rumah tangga. Harus bisa masak, nyetrika, nyuci, jahit baju, beresin rumah...?" Belum sempat kata-kataku habis sudah terdengar ledakan tangis isteriku yang kelihatan begitu pilu. "Ah...wanita gampang sekali untuk menangis...," batinku berkata dalam hati. "Sudah diam Mi, tak boleh cengeng. Katanya mau jadi isteri shalihat...? Isteri shalihat itu tidak cengeng," bujukku hati-hati setelah melihat air matanya menganak sungai dipipinya. "Gimana nggak nangis! Baru juga pulang sudah ngomel-ngomel terus. Rumah ini berantakan karena memang ummi tak bisa mengerjakan apa-apa. Jangankan untuk kerja untuk jalan saja susah. Ummi kan muntah-muntah terus, ini badan rasanya tak bertenaga sama sekali," ucap isteriku diselingi isak tangis. "Abi nggak ngerasain sih bagaimana maboknya orang yang hamil muda..." Ucap isteriku lagi, sementara air matanya kulihat tetap merebak.

***
Bi..., siang nanti antar Ummi ngaji ya...?" pinta isteriku. "Aduh, Mi... abi kan sibuk sekali hari ini. Berangkat sendiri saja ya?" ucapku. "Ya sudah, kalau abi sibuk, Ummi naik bis umum saja, mudah-mudahan nggak pingsan di jalan," jawab isteriku. "Lho, kok bilang gitu...?" selaku. "Iya, dalam kondisi muntah-muntah seperti ini kepala Ummi gampang pusing kalau mencium bau bensin. Apalagi ditambah berdesak-desakan dalam bus dengan suasana panas menyengat. Tapi mudah-mudahan sih nggak kenapa-kenapa," ucap isteriku lagi. "Ya sudah, kalau begitu naik bajaj saja," jawabku ringan. Pertemuan hari ini ternyata diundur pekan depan. Kesempatan waktu luang ini kugunakan untuk menjemput isteriku. Entah kenapa hati ini tiba-tiba saja menjadi rindu padanya. Motorku sudah sampai di tempat isteriku mengaji. Di depan pintu kulihat masih banyak sepatu berjajar, ini pertanda acara belum selesai.

Kuperhatikan sepatu yang berjumlah delapan pasang itu satu persatu. Ah, semuanya indah-indah dan kelihatan harganya begitu mahal. "Wanita, memang suka yang indah-indah, sampai bentuk sepatu pun lucu-lucu," aku membathin sendiri. Mataku tiba-tiba terantuk pandang pada sebuah sendal jepit yang diapit sepasang sepatu indah. Dug! Hati ini menjadi luruh. "Oh....bukankah ini sandal jepit isteriku?" tanya hatiku. Lalu segera kuambil sandal jepit kumal yang tertindih sepatu indah itu. Tes! Air mataku jatuh tanpa terasa. Perih nian rasanya hati ini, kenapa baru sekarang sadar bahwa aku tak pernah memperhatikan isteriku. Sampai-sampai kemana ia pergi harus bersandal jepit kumal. Sementara teman-temannnya bersepatu bagus. "Maafkan aku Maryam," pinta hatiku. "Krek...," suara pintu terdengar dibuka. Aku terlonjak, lantas menyelinap ke tembok samping. Kulihat dua ukhti berjalan melintas sambil menggendong bocah mungil yang berjilbab indah dan cerah, secerah warna baju dan jilbab umminya. Beberapa menit setelah kepergian dua ukhti itu, kembali melintas ukhti-ukhti yang lain. Namun, belum juga kutemukan Maryamku. Aku menghitung sudah delapan orang keluar dari rumah itu, tapi isteriku belum juga keluar.

Penantianku berakhir ketika sesosok tubuh berbaya gelap dan berjilbab hitam melintas. "Ini dia mujahidahku!" pekik hatiku. Ia beda dengan yang lain, ia begitu bersahaja. Kalau yang lain memakai baju berbunga cerah indah, ia hanya memakai baju warna gelap yang sudah lusuh pula warnanya. Diam-diam hatiku kembali dirayapi perasaan berdosa karena selama ini kurang memperhatikan isteri. Ya, aku baru sadar, bahwa semenjak menikah belum pernah membelikan sepotong baju pun untuknya. Aku terlalu sibuk memperhatikan kekurangan-kekurangan isteriku, padahal di balik semua itu begitu banyak kelebihanmu, wahai Maryamku.

Aku benar-benar menjadi malu pada Allah dan Rasul-Nya. Selama ini aku terlalu sibuk mengurus orang lain, sedang isteriku tak pernah kuurusi. Padahal Rasul telah berkata: "Yang terbaik di antara kamu adalah yang paling baik terhadap keluarganya." Sedang aku..? Ah, kenapa pula aku lupa bahwa Allah menyuruh para suami agar menggauli isterinya dengan baik. Sedang aku...? terlalu sering ngomel dan menuntut isteri dengan sesuatu yang ia tak dapat melakukannya. Aku benar-benar merasa menjadi suami terdzalim!!! "Maryam...!" panggilku, ketika tubuh berbaya gelap itu melintas. Tubuh itu lantas berbalik ke arahku, pandangan matanya menunjukkan ketidakpercayaan atas kehadiranku di tempat ini. Namun, kemudian terlihat perlahan bibirnya mengembangkan senyum. Senyum bahagia. "Abi...!" bisiknya pelan dan girang. Sungguh, aku baru melihat isteriku segirang ini. "Ah, kenapa tidak dari dulu kulakukan menjemput isteri?" sesal hatiku.

***

Esoknya aku membeli sepasang sepatu untuk isteriku. Ketika tahu hal itu, senyum bahagia kembali mengembang dari bibirnya. "Alhamdulillah, jazakallahu...,"ucapnya dengan suara tulus. Ah, Maryam, lagi-lagi hatiku terenyuh melihat polahmu. Lagi-lagi sesal menyerbu hatiku. Kenapa baru sekarang aku bisa bersyukur memperoleh isteri zuhud dan 'iffah sepertimu? Kenapa baru sekarang pula kutahu betapa nikmatnya menyaksikan matamu yang berbinar-binar karena perhatianku...?

Semoga berguna bagi kita semua....amin ya rabbal alamien
Wassalam
Hamba Allah

Semoga Bermanfaat untuk menambah pengetahuan kita.
Wassalamualaikum wr wb

Menilai, Sebelum dan Sesudahnya

Dia menikahi suaminya karena dia adalah "pria yang demikian berkuasa," dan dia menceraikan suaminya karena dia adalah "pria yang sangat menguasai.

" Dia menikahi istrinya karena dia begitu "lembut dan mungil" dan menceraikannya karena dia begitu "lemah dan tak berdaya".

Dia menikahi suaminya karena ia "tahu membiayai hidup yang layak" dan menceraikannya karena "semua yang dipikirkannya hanyalah pekerjaan."

Dia memperistrikan dia karena "dia mengingatkan saya kepada ibu saya" dan menceraikannya karena "dia setiap hari semakin mirip dengan ibu saya."

Dia menikahi suaminya karena dia begitu "mudah bergaul dan romantis" dan menceraikannya karena dia "tak punya kemauan dan hanya ingin bersenang-senang."

Dia memperistrikan dia karena dia begitu "mantap dan pandai" dan menceraikannya karena dia begitu "membosankan dan tidak menarik."

Sepekan sudah aku ke luar kota. Dan tentu, ketika pulang benak ini penuh dengan jumput-jumput harapan untuk menemukan 'baiti jannati' di rumahku. Namun apa yang terjadi...? Ternyata kenyataan tak sesuai dengan apa yang kuimpikan. Sesampainya di rumah, kepalaku malah mumet tujuh keliling. Bayangkan saja, rumah kontrakanku tak ubahnya laksana kapal burak (pecah). Pakaian bersih yang belum disetrika menggunung di sana sini. Piring-piring kotor berpesta pora di dapur, dan cucian... ouw... berember-ember. Ditambah lagi aroma bau busuknya yang menyengat, karena berhari-hari direndam dengan detergen tapi tak juga dicuci.

Melihat keadaan seperti ini aku cuma bisa beristigfar sambil mengurut dada. "Ummi...ummi, bagaimana abi tak selalu kesal kalau keadaan terus menerus begini...?" ucapku sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Ummi... isteri sholihat itu tak hanya pandai ngisi pengajian, tapi dia juga harus pandai dalam mengatur tetek bengek urusan rumah tangga. Harus bisa masak, nyetrika, nyuci, jahit baju, beresin rumah...?" Belum sempat kata-kataku habis sudah terdengar ledakan tangis isteriku yang kelihatan begitu pilu. "Ah...wanita gampang sekali untuk menangis...," batinku berkata dalam hati. "Sudah diam Mi, tak boleh cengeng. Katanya mau jadi isteri shalihat...? Isteri shalihat itu tidak cengeng," bujukku hati-hati setelah melihat air matanya menganak sungai dipipinya. "Gimana nggak nangis! Baru juga pulang sudah ngomel-ngomel terus. Rumah ini berantakan karena memang ummi tak bisa mengerjakan apa-apa. Jangankan untuk kerja untuk jalan saja susah. Ummi kan muntah-muntah terus, ini badan rasanya tak bertenaga sama sekali," ucap isteriku diselingi isak tangis. "Abi nggak ngerasain sih bagaimana maboknya orang yang hamil muda..." Ucap isteriku lagi, sementara air matanya kulihat tetap merebak.

Bi..., siang nanti antar Ummi ngaji ya...?" pinta isteriku. "Aduh, Mi... abi kan sibuk sekali hari ini. Berangkat sendiri saja ya?" ucapku. "Ya sudah, kalau abi sibuk, Ummi naik bis umum saja, mudah-mudahan nggak pingsan di jalan," jawab isteriku. "Lho, kok bilang gitu...?" selaku. "Iya, dalam kondisi muntah-muntah seperti ini kepala Ummi gampang pusing kalau mencium bau bensin. Apalagi ditambah berdesak-desakan dalam bus dengan suasana panas menyengat. Tapi mudah-mudahan sih nggak kenapa-kenapa," ucap isteriku lagi. "Ya sudah, kalau begitu naik bajaj saja," jawabku ringan. Pertemuan hari ini ternyata diundur pekan depan. Kesempatan waktu luang ini kugunakan untuk menjemput isteriku. Entah kenapa hati ini tiba-tiba saja menjadi rindu padanya. Motorku sudah sampai di tempat isteriku mengaji. Di depan pintu kulihat masih banyak sepatu berjajar, ini pertanda acara belum selesai.

Kuperhatikan sepatu yang berjumlah delapan pasang itu satu persatu. Ah, semuanya indah-indah dan kelihatan harganya begitu mahal. "Wanita, memang suka yang indah-indah, sampai bentuk sepatu pun lucu-lucu," aku membathin sendiri. Mataku tiba-tiba terantuk pandang pada sebuah sendal jepit yang diapit sepasang sepatu indah. Dug! Hati ini menjadi luruh. "Oh....bukankah ini sandal jepit isteriku?" tanya hatiku. Lalu segera kuambil sandal jepit kumal yang tertindih sepatu indah itu. Tes! Air mataku jatuh tanpa terasa. Perih nian rasanya hati ini, kenapa baru sekarang sadar bahwa aku tak pernah memperhatikan isteriku. Sampai-sampai kemana ia pergi harus bersandal jepit kumal. Sementara teman-temannnya bersepatu bagus. "Maafkan aku Maryam," pinta hatiku. "Krek...," suara pintu terdengar dibuka. Aku terlonjak, lantas menyelinap ke tembok samping. Kulihat dua ukhti berjalan melintas sambil menggendong bocah mungil yang berjilbab indah dan cerah, secerah warna baju dan jilbab umminya. Beberapa menit setelah kepergian dua ukhti itu, kembali melintas ukhti-ukhti yang lain. Namun, belum juga kutemukan Maryamku. Aku menghitung sudah delapan orang keluar dari rumah itu, tapi isteriku belum juga keluar.

Penantianku berakhir ketika sesosok tubuh berbaya gelap dan berjilbab hitam melintas. "Ini dia mujahidahku!" pekik hatiku. Ia beda dengan yang lain, ia begitu bersahaja. Kalau yang lain memakai baju berbunga cerah indah, ia hanya memakai baju warna gelap yang sudah lusuh pula warnanya. Diam-diam hatiku kembali dirayapi perasaan berdosa karena selama ini kurang memperhatikan isteri. Ya, aku baru sadar, bahwa semenjak menikah belum pernah membelikan sepotong baju pun untuknya. Aku terlalu sibuk memperhatikan kekurangan-kekurangan isteriku, padahal di balik semua itu begitu banyak kelebihanmu, wahai Maryamku.

Aku benar-benar menjadi malu pada Allah dan Rasul-Nya. Selama ini aku terlalu sibuk mengurus orang lain, sedang isteriku tak pernah kuurusi. Padahal Rasul telah berkata: "Yang terbaik di antara kamu adalah yang paling baik terhadap keluarganya." Sedang aku..? Ah, kenapa pula aku lupa bahwa Allah menyuruh para suami agar menggauli isterinya dengan baik. Sedang aku...? terlalu sering ngomel dan menuntut isteri dengan sesuatu yang ia tak dapat melakukannya. Aku benar-benar merasa menjadi suami terdzalim!!! "Maryam...!" panggilku, ketika tubuh berbaya gelap itu melintas. Tubuh itu lantas berbalik ke arahku, pandangan matanya menunjukkan ketidakpercayaan atas kehadiranku di tempat ini. Namun, kemudian terlihat perlahan bibirnya mengembangkan senyum. Senyum bahagia. "Abi...!" bisiknya pelan dan girang. Sungguh, aku baru melihat isteriku segirang ini. "Ah, kenapa tidak dari dulu kulakukan menjemput isteri?" sesal hatiku.

Esoknya aku membeli sepasang sepatu untuk isteriku. Ketika tahu hal itu, senyum bahagia kembali mengembang dari bibirnya. "Alhamdulillah, jazakallahu...,"ucapnya dengan suara tulus. Ah, Maryam, lagi-lagi hatiku terenyuh melihat polahmu. Lagi-lagi sesal menyerbu hatiku. Kenapa baru sekarang aku bisa bersyukur memperoleh isteri zuhud dan 'iffah sepertimu? Kenapa baru sekarang pula kutahu betapa nikmatnya menyaksikan matamu yang berbinar-binar karena perhatianku...?

Semoga berguna bagi kita semua....amin ya rabbal alamien
Wassalam
Hamba Allah

Semoga Bermanfaat untuk menambah pengetahuan kita.
Wassalamualaikum wr wb

Menilai, Sebelum dan Sesudahnya

Dia menikahi suaminya karena dia adalah "pria yang demikian berkuasa," dan dia menceraikan suaminya karena dia adalah "pria yang sangat menguasai.

" Dia menikahi istrinya karena dia begitu "lembut dan mungil" dan menceraikannya karena dia begitu "lemah dan tak berdaya".

Dia menikahi suaminya karena ia "tahu membiayai hidup yang layak" dan menceraikannya karena "semua yang dipikirkannya hanyalah pekerjaan."

Dia memperistrikan dia karena "dia mengingatkan saya kepada ibu saya" dan menceraikannya karena "dia setiap hari semakin mirip dengan ibu saya."

Dia menikahi suaminya karena dia begitu "mudah bergaul dan romantis" dan menceraikannya karena dia "tak punya kemauan dan hanya ingin bersenang-senang."

Dia memperistrikan dia karena dia begitu "mantap dan pandai" dan menceraikannya karena dia begitu "membosankan dan tidak menarik."

By dudung

Rabu, 26 Agustus 2009

Jalan Jalan Ke Paris N Italy

Buat temen2 yang punya hoby jalan2 melihat indahnya alam ciptaan Allah. Mesti baca nih artikel. walau aku belom sampai ke tempat tempat ini, tapi satu saat pasti sampai, insyaAllah. Perjalananku baru sebatas negara negara di Asia. Seperti Malaysia, Thailand, Singapore dan beberapa negara timur tengah tentunya.
Ada beberapa tempat di dunia ini yang indaahhh n romantis banget. Salah satunya adalah "Paris " . Paris adalah tepat dikenal sebagai 'Romance of Heaven', karena ini adalah tempat dimana kita dapat mengumumkan kekekalan cinta kita dalam cara yang indah. Atraksi utama Paris termasuk tempat-tempat seperti Le Louvre, Eiffel tower, Euro Disney, Sacre Coeur, Montparnasse, dan Arc de Triumphe Centre Pompidou.
Jadi, mengatur perjalanan ke Paris dengan kekasih, dan hidup yang paling menyenangkan era romance dalam 'romance of Heaven'
Apalagi kalo malam hari.. kelap kelib lampu di jalan dan gedung, menambah indahnya kota ini.
Tempat berikut yang akan kita singgahi adalah " Venice " Italy. Venice termasuk kota yang romantis.
Mencari tempat yang menyenangkan untuk mengumumkan rasa suka yang disimpan dlm hati untuk orang yang sobat cintai dalam hidup? Well, Venesia di Italia yang sempurna untuk pencarian. Venesia terkenal dengan arsitektur fantastis, romantis lingkungan dan tempat-tempat seperti Ponte dei Sospiri, Ponte di Rialto, Piazza San Marco dan Canale Grande. Semua hal-hal ini bersama-sama dapat menciptakan suasana yang romantis khusus untuk sobat dan orang yang sobat cintai.
Semua bermula dari mimpi...sobat

Sepi Perantau 1

Pabila ku berada di kejauhan..
adakalanya ku kesepian, asyik terkenang kampung halaman...dan jua teman teman..
Ini sabait lagu dari Brothers. Salah satu nasyid favoritku. Akhir akhir ini aku selalu teringat kampung. teringat mak dan ayah. Sebenarnya baru pulang kampung bulan febuari lalu. Tp cuma bentaran, 1 bulan. Kurang kerasa bgt. Soalnya harus dibagi dua, 1/2 bulan di Jambi t4ku, 1/2 bulan lg di t4 istriku Jawa.
Kebetulan emang waktu itu cuma cuti dadakan, mertua sakit keras. Sekarang beliau dipanggil oleh Allah. Mudah2an Allah berikan Jannnatul firdaus untuk beliau, amiinn.
Kata orang nih " Seenak enaknya di negeri orang, masih enakkan di negeri sendiri ". Kadang2 ada betulnya juga sih. Tapi kalo di negeri sendiri ga ada kerjaan atau di negeri orang bisa mendapatkan hasil yg lebih, tentu enakkan di negeri orang dong...?
Tapi jgn sampe kelamaan di negeri orang. Cukup ilmu dan modal usaha, harus pulang. Banyak orang yg membutuhkan kita di sana, di kampung. Januari 2003 tepatnya... ya tahun 2003 aku ke Qatar dengan 8 orang yg lain yang lulus tes. Melalui seleksi yg bisa di bilang ga gampang di Jakarta. Alhamdulillah Allah mengabulkan keinginanku tuk tinggal di negara Arab. Imam Syafi`i berkata dalam syair2nya" Berkelanalah kalian..untuk mencari kemulian. Karena di dalam berkelana kita akan dapatkan lima perkara..Menghilangkan kesusahan, mendapatkan ilmu dan pengalaman, akan lebih beakhlaq, menambah teman dan memperbaiki perekonomian.
Aku melihat air yg tergenang itu akan segera rusak dan berbau, tapi dia akan tetap bersih bila ia terus mengalir. Dalam kesempatan lain Imam Syafi`i berkata "berkelanalah...Kamu akan dapatkan pengganti orang2 yg kau tinggalkan. bermujahadahlah ( bersusah payah )karena keni`matan hidup itu dapat dirasa dgn bersusah payah dahulu.
Bener banget tuh syair..betul betul kata si "Upin ipin". Banyak perubahan yg ku rasa setelah aku merantau. Bermula dari pertama aku keluar dari kampung halamanku tuk belajar di pondok. Tadinya sih mau ke Jawa, jadinya di luar kota Jambi. Kurang lebih 2 jam perjalanan. selain dulu kesulitan dalam masalah biaya, aku juga masih kecil. Jadi orangtua masih sangat khawatir tuk melepas terlalu jauh. Sebenarnya aku udah besar sihi, cuma badannya aja yg kecil imut, manis, tapi ganteng juga kata orang..hihi..narsis amat.
Tamat SMP tahun 1994. Sebenarnya aku punya peluang belajar gratis dari sekolah, karena waktu itu NIMku termasuk tinggi. Tapi keinginan tuk belajar di Pondok melupakan segalanya. Aku ingin seperti temen2 di kampungku, pandai ngaji, ceramah ini dan itu. Asal tau aja, aku laki2 yg paling penakut dan ga percaya diri bgt dulu. Waktu SMP, kalo disuruh guru kedepan, membaca atau menulis aku ga mau, malu!!. Kalo disuruh bawa bendera upacar akupun ga mau. Kalo dipaksa,esoknya aku ga datang ke sekolah alias bolos!!
Pokoknya cemen bgt!pada ngerti cemen ga..? pokoknya maluu aja.
To be Continued..Mau ngajar dulu


Selasa, 25 Agustus 2009

" Shopaholic "

Sudah Jam 1 malam... belum bisa tidur juga. Baru aja pulang belanja di Lulu Hypermarket. Tadinya sih ga niat tuk keluar, ngantukkk bgt. Tiba2 temen ngajak keluar. Akhirnya jadi juga dech belanja. Kebetulan barang2 di kulkas juga udah pada habis. Sebenarnya aku n istri emang termasuk orang yg suka shopping alias belanja2 gitu, hihihi jadi malu. Cowok kok suka belanja, "I AM A SHOPAHOLIC "
Apalagi kalo sudah liat barang2 elektronik, iiiihhh gatal tanganku. Itu kalo pas lagi ada duit, tapi kalo lagi bokek kata orang Jambi (kantong kering) ya kami cuma window-shopping aja. Dicatat mana yg mau dibeli. Ntar begitu ada duit, langsung dech diborong.
Selesai belanja tadi kurang lebih pukul 11.30. Lumayan juga belanjaan kami malam ini. Keluar juga duitku 300 riyal ( kurang lebih 800 ribuan gitu dech ). Waduuhhh!! Tiba2 kok terasa ada yg nendang2 di perutku (bukan bayi lho ). Lapaaarr, ya lapar dech kayaknya. Cacing dalam perutku ngamuk. Kebetulan buka tadi baru makan dikiiit bgt. Pikiranku langsung tertuju ke restoran "Rotana". Ya.. Rotana, restoran favorit kami selain harganya ga terlalau mahal makanannyapun pas dengan lidah kami. Murah meriah. Setelah memasukkan barang2 ke bagasi mobil, kami langsung melucur ke tempat tujuan. Harum bau ayam bakar Rotana terasa udah kecium. Rotana... I am coming....honey. Kurang lebih 15 menit kami udah sampe. Ga seperti biasanya, sepi. Mungkin karena udah larut malam kali ya, bulan puasa pula. Orang2 udah pada kenyang makan di rumah masing2.
Temen2.. udah dulu ya. Lain waktu kita sambung. Mau bobok, kekenyangan makan ayam bakar ama nasgor tadi. Bisa-bisa ga sahur lagi nih. Biasanya dulu masa kecil2 kalo lagi malas bangun sahur, suka nipu orangtua. Bilangnya udah makan tadi malam, atau bilang masih kenyang. Siangnya baru dech kerasa lapeerrr. Met puasa ya..? Yang bener puasanya. Jangan puasa yangyuk (siang2 buka priok.